Selasa, 19 Oktober 2010

cybersex

CYBERSEX

Selain mengubah gaya hidup, teknologi juga mengubah cara orang menikmati seks. Melalui internet manusia bisa memenuhi kebutuhan biologisnya. Inilah realitas kehidupan manusia modern sekarang.

Internet adalah salah satu media komunikasi, informasi dan edukasi yang dapat dinikmati oleh siapa saja untuk mengakses dunia. Internet telah merevolusi cara kita dalam berkomuniaksi yang menembus jarak, ruang dan waktu. Dunia nyata kini berganti menjadi dunia maya. Salah satu wacana dalam internet adalah wacana seksualitas. Untuk wacana yang satu ini merupakan wacana yang cukup memiliki banyak peminat dari seluruh dunia, hingga mengembangkan sebuah aktifitas internet yang disebut dengan chatting. Kegiatan ini terus berkembang sampai akhirya muncul trend baru lagi yang disebut dengan istilah cyber sex.

Cyber sex adalah hubungan erotis yang terjadi di alam maya. Banyak sarana yang disediakan di alam maya untuk melakukan chatting. Seiring perkembangan teknologi, fasilitas untuk terbang ke alam maya pun ikut berkembang. Dulu tampilan chatting room hanya sederhana, kini tersedia berbagai pilihan background, dari musik, web cam sampai layanan internet phone membuat pelanggan internet merasa lebih nyaman dan betah. Cyber sex bukan hanya sekedar chatting tetapi juga ada kaitannya dengan melihat gambar ataupun video porno yang ada di internet.

Hal ini tidak terlepas dari industri internet seks dari berbagai situs porno yang menyediakan layanan khusus untuk berhubungan seksual jarak jauh. Ditambah lagi dengan fasilitas web cam, para pecinta cyber sex juga dapat berinteraksi dan menikmati tubuh lawan bicaranya. Banyak yang menganggap cybersex adalah kegiatan yang semestinya tak harus dilakukan, karena sex melalui dunia maya tidak melibatkan perasaan emosional. Tapi bagi mereka yang suka berselancar di dunia maya untuk mencari segala sesuatu yang berbau seks ini merupakan salah satu dari fantasi seksual mereka.

Secara sederhana ada dua jenis cyber sex, pertama dilakukan pasangan resmi, kedua dengan wanita penghibur. Dengan adanya teknologi internet, pelaku bisnis seks tidak perlu lagi menjual wanita nyata cukup secara visual. Untung yang diperoleh pun tak jauh berbeda.

Menurut A. Kasandra Putranto seorang pengamat psikologi, ada dua faktor yang menyebabkan seorang wanita menjadi penghibur alam maya. Pertama faktor finansial. Kekurangan uang membuat orang mudah lupa dengan nilai agama dan sosial. Hal seperti ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pria. Kedua faktor ekshibisionis. Wanita ekshibisionis adalah wanita yang suka memperlihatkan hal yang tidak wajar pada kepada orang lain. Bahkan wanita seperti ini mau tidak dibayar, bagi mereka memperlihatkan hal tidak wajar pada orang lain merupakan satu kesenangan tersendiri.

Tanpa disadari di balik kesenangan ekshibisionis tersimpan nilai buruk yaitu menjatuhkan derajat diri didepan umum. Secara hukum, wanita ekshibisionis mungkin tidak mendapat sanksi, namun secara budaya mendapatkan sanksi sosial yaitu stigma buruk, bahkan hisa dikucilkan dari lingkungan.

Mengacu pada psikologi, pria yang suka cyber sex adalah tipe pria yang suka berpetualang seks. Ciri pria seperti ini tidak mudah puas, selalu berimajinasi dan tidak puas pada satu titik. Selain suka melihat gambar bergerak, pria penggemar cyber sex juga suka melihat foto-foto porno. Efek negatif dari pria penggemar cybersex adalah kecanduan yang akan melalui beberapa tahap, yaitu:

• Kecanduan, pengguna internet awalnya merasa tertarik terhadap materi-materi pornografi. Lama-kelamaan, mereka selalu memiliki keinginan untuk kembali mendapatkan lebih banyak materi pornografi lain, begitu seterusnya.
• Eskalasi, seiring dengan waktu, seorang pacandu cyber sex memerlukan materi-materi yang lebih hot untuk dapat memuaskan rasa kecanduan mereka
• Desentisasi, materi-materi sebelumnya yang awalnya dianggap tabu, ilegal, menjijikkan atau amoral akhirnya dapat diterima bahkan dianggap umum.
• Kecenderungan untuk melakukan aktifitas seksual online ke dunia nyata.

Akibat dari kecanduan adalah hidup menjadi tidak produktif. Para pecandu cyber sex bisa merasa tidak berdaya untuk meninggalkan perilaku konsumtifnya. Hal ini membuat kehidupan mereka menjadi tidak teratur. Pada tahap lebih fatal, pecandu cybersex lebih senang masturbasi dengan komputer dibandingkan dengan berhubungan seksual nyata. Pada kondisi tertentu ingin merealisasikan seks maya ke dunia nyata. Bagi yang sudah berumah tangga, sebagian istri tidak suka dengan suami yang kecanduan cybersex karena ini dianggap sebuah pelecehan atau perselingkuhan. Walau tidak melakukan kontak fisik, tapi terjadi interaksi rasa yang menimbulkan gejolak. Ketika berhubungan seksual dengan istri yang ada dalam pikiran bukan istri, tapi wanita lain.

Banyak pertanyaan yang muncul mengenai teori apa yang mendasari seseorang bisa menjadi seorang pecandu cyber sex. Teori yang bisa mengaitkan hal ini yaitu teori yang merupakan sifat internet itu sendiri yang dapat menjadi sesuatu untuk memudahkan terjadinya kecanduan cyber sex adalah ACE teori. ACE merupakan singkatan dari Anonymity (tak dikenal), Convenience (kenyamanan) dan Escape (pelarian). Apabila seseorang sudah mendapati gejala seperti ini maka untuk menjadi seorang pacandu cyber sex sangat mungkin terjadi.

Banyak yang harus diperhatikan jika ingin menilai kelayakan cybersex, antara lain:
• Norma sosial
• Jumlah populasi penduduk yang memiliki komputer
• Kepemilikan komputer yang bisa on line
• Jumlah masyarakat yang mengakses internet secara bebas (termasuk mengakses

(cyber sex).

Bila jumlah pemilik komputer dan pengakses cyber sex melebihi penduduk yang tidak memiliki komputer, termasuk mengakses cyber sex berarti keberadaan cyber sex sudah mulai diterima oleh masyarakat,” tutur Kassandra.

Mengacu pada populasi dunia, tingkat kesadaran manusia terhadap teknologi sudah mulai tinggi, termasuk cybersex. Jadi, wajar atau tidaknya suatu fenomena sosial tergantung pada kondisi sosial dan populasi. Secara psikologi pria yang suka mengakses cybersex bukan suatu penyimpangan atau mengalami gangguan jiwa. Cybersex merupakan suatu hal yang wajar. Perlu diketahui penilaian psikologi bukan berdasarkan satu negara tapi dunia.

Tidak ada aturan yang melarang mengenai cybersex, baik dari sisi hukum dan undang-undang maupun dari sisi psikologis. Jadi cybersex bebas dilakukan selama masih dalam batas kesadaran dan tanpa paksaan terhadap apapun. Cybersex masih tergantung pada norma dan aturan yang berkembang pada kelompok masyarakat.

Sekarang tinggal individu yang bisa memilah mana yang baik dilakukan dan sesuai batas kewajaran. Internet merupakan sebuah sarana berkomunikasi dan mencari informasi yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar